take it easy, so life will be

Menyadari bahwa saat ini saya hanya ingin membuat hidup saya terasa lebih fun, maka sayalah yang harus membuatnya seperti itu. It's no kidding, you are what you want, you are what you say, you are what you eat, and you are what you be.

12 November 2009

No boy’s girl

Stupid.

Judul postingan di atas sebenernya agak-agak bermasalah. Glek, as I already knew that ‘words have power’, masih-masih aja berani ngungkapin sesuatu yang nggak bener.

Intinya, gue menyadari roles gue di keluarga sebagai kakak, sebagai anak sulung, sebagai anak perempuan, sebagai anak dari ibu tanpa bapak, sebagai contoh bagi adik-adik sepupu, sebagai yang diandalkan, dan sebagai-sebagai lainya. Lama-kelamaan gue menjadi seorang family’s girl. Okay, asal-asalan aja bikin istilah mentang-mentang ada istilah ‘family man’.

Intinya, itu menjadikan diri gue tanpa sadar menomorsatukan keluarga di atas segala-galanya. Versi berlebihannya, sih, seperti itu. Oke, mari pakai istilah ‘prioritas’ agar tidak terasa lebay.





Dan, dengan diri gw yang seperti itu, kadang gw merasa menjalankan keseharian gw sebagai remaja biasa itu tidak seperti remaja biasa pada umumnya: nongkrong lama-lama tanpa kejelasan, main-main ke mall, beli baju seharga 250rb (ouch! It’s about my friend, no offense), sms-an, twitter-an dan facebook-an dengan intensitas yang tinggi (gw punya twitter, punya facebook, agak jarang mainnya), dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Salah satunya adalah, melakukan sedikit langkah untuk mencapai cinta gw. Ah, basi banget bahasanya, tapi, yah, secara gw lagi naksir cowok dan pengennya tuh bisa bareng dia terus, wajar, kan? Caper-caper gitulah, halah... udah nggak bisa, deh gw!

Ceritanya begini, sore ini adalah sore menyenangkan dan gw berusaha sebisa mungkin untuk memperpanjang waktu yang gw miliki bersama si ‘kecengan’, arghh.... betapa bodohnya, hal tersebut berdampak ke kewajiban gue untuk setidaknya mengirim SMS ke adek gw kalau “dek, aku masih di kampus” sehingga adek gw nggak perlu dengan bingungnya pulang ke kosan dan mendapati kunci kamar masih dipegang oleh gue dan gue belum pulang!

“KAK DIMANA?”

“Kak, dimana? Aku udah nympe kosan”

Dua SMS yang membangunkan gue dari mimpi sore bolong, oke MENGAGETKAN GUE lebih tepatnya. WHAT?! Kakak macam apa ini bisa-bisanya lupa sama si adek gara-gara terbuai sama satu cowok!!??!

Fyi, memang kami tidak menduplikat kunci sengaja karena KAPOK dengan tukang kunci yang tidak bisa membuat duplikat kunci dengan benar dan layak (masuk ke lubang kunci aja nggak bisa!), udah gitu gue nggak ada waktu untuk keluar, malas, CAPEK dengan banyak kegiatan, dan tahu sendirilah adekku itu rada malas kalau disuruh jalan keluar.

So? I’m no boy’s girl for now on. Sorry to say, boy, but it seems that you’re the one who have to adapt with my activities and obligations.

I’m sooo not a boy’s girl right now.