Cintappucino, the real what we feel

Akhirnya... keinginan untuk menonton salah satu film Indonesia terbaru, Cintappucino, kesampaian juga. Dari pertama kali gw melihat iklannya di sebuah majalah, gw langsung menanti2kan premiere-nya segera di bioskop.

Hmm... ini kedua kalinya gw mau nontonin film Indonesia di bioskop. Dan pertama kalinya gw mau nonton film cinta Indonesia di bioskop. Yep! Biasanya, gw nonton film2 Indonesia di TV aja. Penasaran, sih, pasti, tapi karena film Indonesia itu udah pasti tayang di TV dalam waktu dekat, mendingan gw hemat dan nunggu ditayangin di TV aja.

Film Indonesia pertama yang mewajibkan gw untuk menontonnya langsung di bioskop adalah... Nagabonar Jadi 2...! Dan yang kedua adalah... Cintappucino...! sayangnya, untuk Nagabonar Jadi 2 gw nggak kedapetan nonton di bioskopnya, mau nggak mau harus nunggu ditayangin di TV, deh. Hux...

Cintappucino. Sesuai dengan feeling gw, film itu bagus banget. The real what we feel. Kenapa gw bilang begitu? karena... memang inti cerita yang disampaikan di dalamnya itu... real banget. Kenyataannya, yang namanya CLBK (baca: Cinta Lama Bersemi Kembali) adalah sesuatu yang wajar dialami (terutama cewek) pada umumnya.

Yah, ketika menonton film tersebut, dan menyaksikan alurnya cerita dengan seksama, gw bisa merasakan apa yang dirasakan oleh sang tokoh utama, gw bisa merasakan ‘nyesek’nya, gw bahkan bisa menitikkan air mata gw.

Cinta. Sesuatu yang misterius. Ia bisa tiba-tiba datang, kemudian mendadak pergi, dan datang lagi suatu waktu, mempermainkan perasaan, menyesakkan dada, dan mengharukan.

Gw sendiri belum baca novel Cintappucino. Tapi, menonton fiilmnya saja udah cukup membuatu gw men-judge kalau film Cintappucino: bagus, a ‘must-see’ movie. Wajib nonton langsung di bioskop (klo masih sempet), dan nggak rugi, deh.