take it easy, so life will be

Menyadari bahwa saat ini saya hanya ingin membuat hidup saya terasa lebih fun, maka sayalah yang harus membuatnya seperti itu. It's no kidding, you are what you want, you are what you say, you are what you eat, and you are what you be.

25 April 2008

22, 23, 24 APRIL 2008

3 hari.

Seluruh umat manusia Indonesia yang berstatus pelajar SMA kelas 12 atau kelas 3 sedang mengalami pertarungannya.

Termasuk kami2 yang berada di SMA 21.

Ruang kelas yang sunyi.

Menandakan ketegangan tersembunyi yang ada di dalam ruangan tempat gw dan teman2 sekelas bergelut menghadapi kertas soal di hadapan kita.

3 hari ini adalah hari yang amat sangat penting bagi kelangsungan pendidikan kami semua.

Di dalam gedung sekolah ini semua orang sedang berusaha, berjuang, dengan segala cara (I mean it. Segala ‘cara’) untuk dapat menyelesaikan soal2 UN.

Namun, di luar sana, dunia tetap bergerak seperti biasanya.

Seakan tidak menyadari pertarungan kecil kami. Kecil namun menentukan.


Dekdekdekdekdekdekdekdekdekdekdekdekdek...........!!!!!!!!!! (suara bajaj, kira2 ky gni)

Ngeeeeeeeng!!!!!!!! Ngeeeeeng!!!!!! Ngeeeeeeeng!!!!!!!


Ngeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeenggg!!!!!!!!!!! (suara motor sok asik yg gatau diri)

Doooooooooodh! Dooooooooodh!!!!! (suara bis nun jauh entah dari mana asalnya)

“Woi! Woi!!!!!” (suara orang manggil apaan nggak tau)

“Yee-Haw!!!!!!” (Err... gw abis nonton shanghai noon, cuekin aja)

“Mooooooooooo.......” (?????????)


Intinya. Segala hal tentang UAN ini, walopun udah menjadi tekanan tersembunyi tersendiri bagi kita semua yang akan menghadapinya tahun ini, tetep aja hanyalah bahan pembicaraan bagi kita2 sendiri anak sekolahan. Cuma kita yang pernah merasakan yang tau gimana takutnya, gimana paniknya, gimana tekanannya, dan lain sebagainya. Karena walopun udah belajar sampe mantep juga, nggak ada yang bisa menjamin ada hal2 di luar teknis (kayak LJK nggak kebaca mesin scannya, dsb) untuk terjadi kan? itulah sebabnya kita harus banyak2 berdoa supaya usaha kita nggak gagal hanya karena silly things kayak gitu.

Intinya tekanan tetap ada.

Tapi dunia luar tetap berputar seperti biasanya. Seakan wacana tentang UAN, hanyalah untuk kita2 aja yang merasakannya.

Makanya, begitu akhirnya berita tentang UAN masuk TV, jadilah gw agak merasa senang dan berpikir “Ahh... akhirnya ini jadi berita juga. Senangnya ini masih bisa jadi pembicaraan penting di kalangan orang dewasa”.

Beritanya tentang beberapa siswi yang pingsan, yang sakit, yang dirawat inap, menjelang atau ketika UAN berlangsung.



Hoh! Ternyata yang sakit nggak Cuma gw. Yep! Gw sakit menjelang UN coba! Jam 8 malem hari Senin tanggal 21 April badan gw mendadak panas tinggi dan menggigil. Padahal sampe hari itu gw sehat walafiat, gw nggak belajar Cuma tidur2an doang, tapi pilek dan panas tinggi otomatis langsung bkin gw panik menghadapi UN besoknya dan itu nggak membantu sakit gw untuk mereda.

Terima kasih amat sangat mendalam untuk bunda gw. Dia langsung take care of me, pulang pergi UN gw dijemput sama dia, dia ngingetin gw dengan keras “Jangan dipikirin sakitny! Nanti nggak sembuh2!”, dan anehnya dia ikutan sakit dan itu persis sama apa yang gw rasain! Dalam keadaan begitu dia masih menguatkan diri nganter-jemput gw.

Oh, my God... I love my mother. She’s the best. Kata beliau, di Jepang yang namanya klo ada anak mau mengikuti ujian, mereka harus diperlakukan bagaikan raja. Sampe disemirin sepatunya, disediain makanan yang dia lagi pengen, dan lain2 supaya si anak tenang menjelang ujian. Karena kalo mereka gagal bisa2 mereka bunuh diri. Emang bener, sih, pada kenyataannya tekanan itu ada. Datang diam2 tanpa kita sadari.

Temen2 gw juga ada yang sakit mendadak sama ky gw. Tammi yang katanya mendadak sakit jam 1 malem sebelum UN (nak, nak... jam segitu kamu ngapain? Bukannya istirahat). Irfan yang flu dan panas. Tapi tetep kita nggak memilih untuk susulan, karena repot birokrasinya (harus ada surat dokter sgala macem, halah!) dan malah bikin lebih jadi beban pikiran. Yang bisa kita lakukan Cuma berusaha istirahat, minum obat, dan menyehatkan badan jadi seenggaknya pas UN masih bisa mengerjakan dengan baik.

Konyolnya, pas hari pertama, karena gw masih nggak enak badan, gw minta tolong tmen gw balurin balsem, dan KEBANYAKAN, dan itu BALPIRIK MERAH, dan PERIH BANGET, dan gw nangis2 sambil akhirnya tmen2 bantuin ngipas2in, ngelapin leher gw yang (katanya) merah banget. Pagi yang heboh... dan memalukan! Di depan banyak tmen2 gw nangis2 udah sesungukan Cuma gara2 balsem! Tapi gara2 itu gw jadi lupa sama sakit gw... ingetnya sama perih di leher aja. Thank you my friend,,,

3 hari UAN terasa bagaikan sekejap.

Baru mulai tau2 udah selesai aja.

Udah belajar 3 tahun... akhirnya kelulusan hanya ditentukan oleh UAN 12 jam. (ups! Jangan sampe maksud ini diartikan sama pemerintah bahwa kita mau UAN yang lebih lama dan lebih banyak ya! Bukan itu maksud gw!).

A friend of mine said “UAN itu bukan tes kepintaran, melainkan tes kekompakan”. Hahahaha.... benar begitulah apa adanya! Thank’s to the Ministry of Education who made us so solid. We are going to graduate together! Just to make sure no one blocked our way to our future.

2 comments:

tammi prasetyo said...

gue sakit parah juga waktu itu.. untungnya fisiknya doang yang sakit.. otak gue masih bisa diajak bertempur. hari kamisnya gue langsung sembuh terus jumat gue udah nge push diri gue dengan berenang 4 jam.. anjrit item bgt gue sekarang.. malam minggunya maenmaen ke kemang deh hauhahaha

fika farikha said...

Hahaha.... Tau lo... Lgsg have fun ke kemang coba! Emang dasar tahan banting, hehehe....