take it easy, so life will be

Menyadari bahwa saat ini saya hanya ingin membuat hidup saya terasa lebih fun, maka sayalah yang harus membuatnya seperti itu. It's no kidding, you are what you want, you are what you say, you are what you eat, and you are what you be.

13 July 2008

Djakarta: Pertarungan di Djalan

Hmm... let’s see... Jakarta dan daerah sekitarnya, dikenal dengan kemacetannya yang luar biasa. Baik yang disebabkan oleh lampu lalu lintas, banyaknya mobil pribadi, banyaknya angkot, sempitnya jalan, kecelakaan di tengah jalan, maupun acara2 yang menyebabkan ditutupnya jalan. Mau pergi jarak dekat aja bisa sampe berjam2 lamanya kalo terjebak macet. Dan pertarungan di jalan juga bisa dari berbagai cerita. Gw akan bercerita sedikit yang pernah gw alami.

Cibubur-pagisore traffic jam

First of all, my own home. Yap, gw tinggal di Cibubur, di sanalah tempat selama kurang lebih 15 tahun gw tumbuh. Awalnya ini adalah sebuah tempat terpencil di pinggiran Jakarta yang sepi, masih bersawah2 (serius, sekarang juga masih ada beberapa), perbukitan, dan lain2 sampai akhirnya jadilah housing2 estate seperti Kota Wisata (yang dulunya merupakan daerah yang dibatasi oleh jurang2 tebing dengan perbukitan sawah di bawahnya, gw masih inget), Raffless Hills, Legenda Wisata, Puri Sriwedari, Taman Laguna, dan lain2 banyak yang baru2 SEHINGGA, sekarang jalanan utamanya menjadi full of transportations alias MACET.

Jalan yang kalo pagi lo berangkat kesiangan dikit aja bisa macetnya ampun2an, karena semua kendaraan pergi ke JAKARTA. Mereka punya rumah di sini2, tapi tetep aja kerjanya, atau sekolahnya, di Jakarta.

Jalan yang kalau pulang juga sama macetnya, kesorean dikit bisa kemaleman sampe rumah. Alasannya sama seperti ketika di pagi hari, karena di sore hari smua orang PULANG berbondong2 dari arah JAKARTA.

Kemarin, hari Sabtu. Gw pulang sore2 dari Depok. Dan gw berpikir klo Sabtu nggak macet2 bangetlah... ternyata gw salah. Entah karena apa (katanya, sih, lagi ada penutupan acara Raimuna di Jambore) tapi begitu sampai di pertigaan McD rasanya agak2 mau nangis melihat macetnya seperti apa. Rasanya kayak mau pulang ke tempat lain, dan berharap rumah gw bukan berada setelah kemacetan itu. Jadilah, yang harusnya gw bisa sampe rumah jam 4 malah jadi jam setengah 6. Itupun dengan sebelumnya berpanik2 ria karena kehabisan angkot yang entah kenapa juga (di hari Sabtu) semuanya penuh, terima kasih untuk orang2 yang melapangkan majelis (hehe) di tempat duduk yang harusnya Cuma untuk 4 orang mau menyisihkan sedikit untuk gw.

RAWAMANGUN-traffic light

Satu tempat yang nggak gw suka dari jalanan di Rawamangun, yaitu perempatan Arion, dimana lampu merah untuk jalan dari arah terminal rawamangun itu, hanya menyala selama BEBERAPA DETIK SAJA. Hahaha... selamat sejahtera, kalo gw telat berangkat ke sekolah dari sana, bisa lama nyampenya Cuma gara2 lampu merah.

Kenapa bisa begitu? Karena sengaja dibiarkan yang lama lampu hijaunya untuk yang jalan besar Pemuda. Yang lebih sibuk jadi lebih diutamakan, dan kita2 yang dari jalan lain terpaksa Cuma maju beberapa senti sampai akhirnya ke-stop lampu merah lagi.

Tapi yang gw suka dari Rawamangun, adalah aksesnya yang mudah ke mana2. Satu, karena di sana terdapat terminal, dan juga karena sudah ada akses busway di sana. Lokasinya termasuk strategis di Jakarta, dan kabarnya rumah2 di sana dan sekitarnya sudah bertarif mahal karena alasan tersebut.

Sudirman-Thamrin

Jalan Sudirman dan Thamrin. Jangan pergi lewat sini kalau hari Minggu. Atau setidaknya kroscek terlebih dahulu apakah jalan tersebut DITUTUP untuk suatu kegiatan atau acara, kalau tidak mau digiring ke jalan lain dan terjebak macet parah di dalamnya.

Suatu hari Minggu, yaitu Minggu lalu, gw dan keluarga gw udah berencana menghadiri pernikahan anak asuh nyokap gw yang berlokasi di Tanah Abang. Maksud hati mau lewat JaCC yang langsung tembus ke sana, ternyata... jalan yang biasanya kami lalui yaitu di lorong Jalan Blora mendadak penuh oleh kendaraan dan ujung2nya macet, stuck, alias mobil kita nggak maju2.

Dicari tahu lebih jauh, ternyata jalan besar Sudirman-Thamrin sedang ditutup karena suatu hal (ada yang bisa ngasih tau kenapa? Gw jarang baca koran soalnya), Cuma busway yang tetep jalan, dan semua kendaraan lain DIGIRING ke jalanan kecil tersebut. Digiring, bayangkan! Digiring! Hampir mencakup semua kendaraan di Jakarta, digiring ke SATU jalan yang nggak gede2 amat, then...?

Gagallah kita menghadiri acara tersebut. Maafkan kita ya, kakanda. Apa dayalah, ternyata kita kurang teliti baca korannya.

DEPOK-windy road

Depok, kota yang baru2 ini gw masuki. Belum gw kenal, tapi cepat atau lambat gw harus bisa beradaptasi di sana.

Windy road, maksud gw jalanan yang berangin adalah karena di sana hampir semua kendaraan berjalan dengan kecepatan tinggi (baca: ngebut) jadi kalo lewat udah kayak angin aja.

Di Depok itu macet juga (yaiyalah... semua orang juga tau). Karena jalanannya yang sempit, banyak kendaraan dan angkot, juga lampu2 merah di pintu kereta. Lengkap sudah alasan yang menyebabkan suatu jalan macet.

Karena itu, kalo udah ketemu jalan langgeng, lepas dari macet, ngebut2lah mereka! Bikin yang mau menyeberang jalan (termasuk gw) olahraga jantung sehingga harus nyari kelompok orang2 yang mau menyeberang. Bersama kita bisa...!

Udah gitu gw masih harus menyeberangi rel kereta pula! Aduuh... gw paling nggak kuat sama urusan seberang-menyeberang di sini, deh. Bahaya untuk kesehatan. Perut gw jadi suka perih saking tegangnya.



Sekian aja dulu, cerita dari gw. Kalau ada yang mau nambahin silahkan, berbagi cerita di Jakarta. Kalau ada yang mau mengoreksi apa yang gw tulis juga bolehlah, ini kan dari sudut pandang gw aja, siapa tau ada satu dan lain hal yang nggak gw sadari.

No comments: