take it easy, so life will be

Menyadari bahwa saat ini saya hanya ingin membuat hidup saya terasa lebih fun, maka sayalah yang harus membuatnya seperti itu. It's no kidding, you are what you want, you are what you say, you are what you eat, and you are what you be.

13 July 2008

Hari-hari pertama

Seperti yang udah gw bilang, gw udah mulai masuk di UI. Ini adalah program matrikulasi untuk yang PPKB. Dan cerita gw bakalan belajar Fisika dan Matematika lagi itu benar adanya.

Hari-hari pertama ini, diisi dengan team building selama 2 hari. Intinya adalah mempersiapkan diri kita semua kalau nanti mulai kuliah di UI di mana akan sering bertemu orang2 baru, orang2 yang berbeda, dan kita diharuskan menyelesaikan tugas2 kelompok yang berarti akan sering berdiskusi dengan orang2 tersebut.

Hari pertama adalah bagaimana kita menyikapi keadaan tersebut, hari kedua adalah tentang bagaimana kita mengenal kepribadian kita sendiri di tengah2 keadaan tersebut. Dua2nya disampaikan dengan games2 yang seru dan tanpa kita sadari awalnya, adalah permainan2 psikologi yang memiliki arti dari tindakan2nya. Fasilitator2 kita juga staf pengajar Fak. Psikologi. Secara keseluruhan gw bilang kegiatan ini bagus, banget!

Dunia baru. Universitas. Orang-orang baru. Dan itu dari berbagai daerah di Indonesia. Sejauh yang gw kenal udah ada orang Kalimantan Timur, Padang, Palembang, Medan, Bali, Jember, Jombang, Cepu, Purworejo, Riau, Madiun, Purwokerto, Bengkulu, Bogor, serta Depok dan Jakarta pastinya.

Wow.

Sejujurnya, gw agak capek. Capek di jalan. Pulang pergi Cibubur-Depok itu bisa sampai 1 jam. Berangkatnya, sih, cepet, 40 menit-an baru sampe UI, tambah 15 menit-an jalan masuk ke fakultasnya. Emang, ternyata gw perlu nyari kost-an di sana. Yah, udah ninggalin nomer telepon, sih, semoga aja rejeki. Tapi kalo enggak juga gw ihklas2 aja. Apapun gw tinggal menyesuaikan diri.

Kalo indah mengaku kecerdasan spasial-nya rendah (please, ndah, nggak2 segitu2 amat, kok. Jangan dijadiin mindset aja), gw ngaku nggak kuat kalo harus menghadapi seberang-menyeberang jalan di mana kendaraan2nya ngebut2, atau harus menyeberang di rel kereta (baik itu pas lagi jalan, atau pas lagi naek angkot).

Gw dan keluarga gw melihat dengan mata kepala sendiri ketika bokap gw ‘kecelakaan’. Saat gw pergi berdua aja sama nyokap, kita pernah melihat langsung ketika sebuah mobil ditabrak oleh truk di depan mata kita, dan pernah mengendarai taksi yang kemudian nabrak mobil di tengah jalan. Ditambah dengan daya imajinasi pikiran gw yang agak tinggi, bisa dibayangkan gimana takutnya gw menyeberang jalan Margonda, atau menyeberang rel kereta, atau duduk di angkot yang jalannya ngebut banget. Rasanya napas udah naik turun, perut melilit, pusing, udah kayak mau pingsan.

Aduh, gimana, yah? Emang nggak baik juga, sih, kalo terus dijadiin mindset di kepala gw. Tapi emang yang namanya di jalan itu, nggak naik kendaraan pribadi, umum, kereta, sama2 punya bahayanya masing2. Kalo kata nyokap gw kita emang selalu Cuma bisa berdoa di jalan. Karena gimana lagi? Desakan hidup membuat kita mencari kendaraan dengan biaya seminimal mungkin, kan?

Still many people out there who suffered. I have to stop complaining a lot.

No comments: