take it easy, so life will be

Menyadari bahwa saat ini saya hanya ingin membuat hidup saya terasa lebih fun, maka sayalah yang harus membuatnya seperti itu. It's no kidding, you are what you want, you are what you say, you are what you eat, and you are what you be.

10 April 2009

Setelah beberapa lama...

Setelah beberapa lama tidak posting... sampai temen gw bilang “Fik, lo jarang update blog, ya?” “Fik, kok, nggak ada posting baru?”; oke, masalahnya ada di gw. Apa aja? Mood, kesibukan, mood, kesibukan. Tapi itu bukan sebuah excuse untuk gw tidak melanjutkan menulis di blog gw. Karena www.langithariini.blogspot.com adalah bentuk komitmen gw terhadap menulis. Bahkan untuk mencari nama tersebut (langithariini) menghabiskan waktu beberapa malam bagi gw memikirkannya, karena gw mau serius di sini.

Jadi, start blogging. Start updating. Dan semoga ke depannya bisa stabil dalam posting.

Ada banyak hal yang udah terjadi, tapi walaupun itu semua udah berlalu, gw tetap ingin menuliskannya di sini.

Pemilu Pertama

Kemarin, Indonesia baru saja menyelenggarakan agenda demokrasi yang paling penting bagi kelanjutan negaranya. Mungkin kalimat tersebut udah nggak asing lagi mengingat banyaknya media, tulisan, dan berita elektronik yang mengungkapkannya seperti itu.

Pesta demokrasi. Kemarin, adalah hari di mana pertama kalinya gw mengikuti pemilihan umum di Indonesia. Gw menggunakan hak suara gw dan kutipan ‘one vote counts’ dari majalah GoGirl! rasanya udah cukup mewakili apa pandangan gw tentang pemilu legislatif tersebut.

Sebagai seseorang yang biasa bangun dan beraktivitas dari pagi (begitu pula nyokap gw dan adek gw), serta KTP gw, adek gw, dan nyokap gw yang domisili di Jakarta Timur (kami tinggal di Cibubur, close to Bekasi), jadilah hari Kamis tanggal 9 April 2009 kami bertiga berangkat bersama ke Rawamangun, tempat di mana kami akan mencontreng calon legislatif kami.

Sengaja berangkat pagi supaya nggak rame, kata nyokap gw, sih, makin siang makin rame. Sampai sana jam setengah 8 langsung ke TPS di Taman Sawo. Dengan sedikit kikuk gw dan adek gw mengikuti nyokap, tante dan nenek gw memasuki TPS, menyerahkan kertas pemilih, tunggu dipanggil namanya, masuk ke bilik, membuka kertas2 yang besar2 itu, mencontreng, melipatnya kembali, lalu memasukkannya ke dalam masing-masing kotak suara, dan mencelupkan kelingking kiri gw ke tinta tanda sudah memilih.

Proses yang bagi gw cukup lambat dan cepat sekaligus. Satu suara untuk perubahan, 5 menit untuk 5 tahun, begitu kata orang-orang (dan grup band Cokelat).

Pengalaman gw ketika memilih (ketua OSIS, ketua BEM FISIP), adalah gw benar-benar merasakan pengaruh satu suara yang gw berikan. Itu ditunjukkan dengan menangnya kandidat yang gw pilih (di mana gw nggak mengira itu sebelumnya), padahal perihal memilih itu juga bukan sesuatu yang mudah dan perasaan yang muncul adalah absurd antara yakin dan tidak.

Pengumuman SIMAK UI: cerita dengan adikku

Hal kedua yang nggak lama baru terjadi adalah pengumuman SIMAK UI. Adek gw, yang ikut ujian tersebut dan memilih D3 Broadcasting sebagai satu-satunya pilihan, tidak diterima di seleksi tersebut.

Berita yang cukup menyayat kalau gw mendengar bagaimana adek gw menghabiskan paginya di tanggal 4 April 2009 dengan menangis sedih dan kecewa. Dia udah mengakses secara online hasilnya dari jam 4 atau 5 pagi dan mulai menangis saat mendapati dirinya belum diterima.

Setelah jam 8 pagi dan adek gw udah kembali stabil. Udah nggak nangis lagi dan udah mulai terlihat semangat lagi, gw baru berani mendiskusikan hal tersebut dengannya. Ada sebuah kalimat yang mengena di pikiran gw, yaitu ketika adek gw mengatakan:

“Kamu, kan, nggak ngerasain kayak begini”

Memang, gw masuk UI dengan jalur PPKB (atau ada yang mengenalnya PMDK). Dan itu membuat gw nggak merasakan bagaimana beratnya belajar untuk ujian, beratnya ujian itu sendiri, gambaran ujiannya, perasaan yang dirasakan oleh teman-teman gw dan adek gw yang mengikutinya, tapi bukan berarti gw nggak pernah merasakan kegagalan. Ini Cuma masalah time series (istilah yang disebut teman gw), gw merasakannya tidak di waktu yang sama seperti di mana teman-teman dan adek gw merasakannya. Dalam kondisi apapun, biarpun orang bilang segala nasihat mengenai kegagalan, tetap itu adalah suatu hal yang sangat menyakitkan ketika dirasakan, kita akan menangis, merasakan sedih dan kecewa, air mata akan mengaburkan pandangan kita untuk sesaat. Tapi setelah itu, kegagalan adalah hal di masa lalu, dan kesempatan baru sudah menanti di depan mata.

Saat ini adek gw mulai berjuang lagi untuk kesempatan berikutnya. Maaf, ya, kalau nggak terlalu banyak yang bisa gw lakukan. But I always pray for your best.

FISIPERS: I got in!

Selamat untuk gw dan teman-teman gw dan semuanya yang udah lolos seleksi pertama FISIPERS! Hehehe... alhamdulillah, gw keterima di divisi fotografer FISIPERS, badan otonom pers karya mahasiswa FISIP.

Eh, tapi kita semua di sini masih berstatus canggaru alias calon anggota baru. Tanggal 4-5 April 2009 kemarin, kita semua menginap di kampus dalam rangka PDPT (pelatihan dasar pers terpadu). Dan itu adalah dua hari yang sangat menyenangkan bagi gw!

Acara dimulai dari jam 7 malam. Sebenarnya dari sore jam setengah 5 kita udah ngumpul untuk persiapan yel-yel kelompok (jadi kita dibagi per kelompok campuran anggota baru semua divisi). Dan sepanjang malam isi acaranya adalah games, games, dan games. Games yang paling seru buat gw adalah games terakhir yaitu perang tiup lilin (itu sebutan gw aja). Jadi, setiap orang memegang lilin yang menyala dan setiap kelompok harus mempertahankan lilin2 anggotanya sekaligus meniup mati lilin2 anggota kelompok lain. Lilin yang bertahan yang menang. Intinya, sih, untuk mengetes kekompakan kelompok dengan saling menjaga lilin satu sama lain (yang saat itu diibaratkan nyawa kita :P).

Gw sendiri merasakan serunya pas lari-larian di tengah becek2an, rumput yang licin, memegang lilin yang udah redup-redup dibawa lari, tapi ternyata lilin tersebut tetap bertahan menyala. Karena gw nggak yakin dengan tinggi badan gw (biarpun gw angkat tinggi2 itu lilin tetap aja bakalan kesampean anak2 cowok), dan yang mengejar gw salah satunya adalah Disna, yang gw lakukan adalah lari, lari, dan lari, sampe sepatu gw kotor kena becekan! Terus.. .akhirnya ketemu temen sekelompok gw yang cowok tinggi supaya berdiri naik kursi batu dan ngelindungin lilin gw itu tinggi-tinggi, tapi kecolongan juga akhirnya. Hahaha... seru, seru!

Acara malam itu berakhir sekitar jam 11 malam. Dilanjutkan dengan apa tebak? Pertemuan besar alias DingDong (diskusi ngomong, dong) untuk membicarakan newsletter (produk lain FISIPERS) yang akan dibuat oleh kita2 sebagai canggaru yang akan menjalankan media magang.

Gilee... meeting in the midnight bangett... asik, sih, ngumpul sesama departemen penerbitan (reporter, fotografer, artistik) terus membicarakan tema yang akan kita ambil untuk tugas newsletter kita. Hoho. Dan setelah rapat itu selesai, ternyata... divisi fotografer disuruh ngumpul lagiii!!! Ough... kak, udah ngantuk, nih. Tapi tetap menjalankan dengan semangat, kok, ngobrol2 dan ngomongin soal pelatihan untuk divisi ini. Dan akhirnya, jam 1an malem barulah kita bisa tidur (sholat isya-nya juga baru jam segitu). Zzz...

Hari berikutnya, which is adalah hari Minggu, pagi-pagi kita udah dibangunin untuk sholat subuh dan senam pagi. Jalan pagi melewati jalan Mesjid sampai FISIP lagi, lumayanlah. Lalu mandi dan sarapan, dan seharian itu adalah berisi acara seminar, gathering, sharing alumni. Sampai jam 1, lalu ada kegiatan simulasi marketing, yaitu jualan barang2 untuk mencari dana buat newsletter kita.

Berakhir jam 3 kurang, langsung cabut buat sholat Dzuhur dan balik2 ada ngumpul divisi fotografer lagi. Dari pertemuan itu kita dikasih gambaran bagaimana mekanisme pekerjaan divisi fotografer. Oh iya, fyi... canggaru divisi ini Cuma ada 6 orang dari kabarnya banyak mahasiswa yang mendaftar. 5 diantaranya adalah cewek (dari Departemen Komunikasi semua! Ada yang S1 dan ada yang D3), dan seorang cowok dari jurusan politik.

Melihat bagaimana mekanisme tugas divisi fotografer, dan bagaimana canggaru2 lainnya, gw sendiri masih heran kenapa gw bisa diterima. Aduh, agak minder juga kali... yang lain pegangannya pada DSLR dan gw...? Cuma modal pocket digital (itupun baru saja rusak, jadi sementara gw minjem dulu). Katanya, sih, seleksi FISIPERS berikutnya itu Cuma dari keputusan kita, apakah lanjut atau quit. Sementara... tugas divisi fotografer itu nggak mudah juga, dan cukup bisa meng-eliminasi kita lho. Pantesan, kata senior gw yang Pimpinan Umum FISIPERS, emang seleksi divisi foto lumayan ketat.

Agh... antara nervous dan excited. Antara tegang dan senang. Harap-harap cemas, dah, gw. Jadinya gw merasakan mules setiap kali memikirkan ini.

Aaa....wish me luck!

No comments: