take it easy, so life will be

Menyadari bahwa saat ini saya hanya ingin membuat hidup saya terasa lebih fun, maka sayalah yang harus membuatnya seperti itu. It's no kidding, you are what you want, you are what you say, you are what you eat, and you are what you be.

09 December 2009

Cerita dari Banjarmasin

Ada satu kejadian mengesalkan dan amat-sangat-vital dalam perjalanan kemarin...



...yaitu ketika dengan mendadaknya DIGICAM GUE MATI/RUSAK. Bahkan saat kita baru saja menunggu KEBERANGKATAN DI BANDARA Soekarno-Hatta. Jadi, ceritanya kita lagi foto-foto menghabiskan waktu, lalu tiba-tiba dengn indahnya: zzzz. Matilah itu digicam, dengan kondisi LENSA MASIH MENJOROK KELUAR.

Man... kena nasib apa gw... gimana caranya gw jalan-jalan TANPA MEMOTRET!??!?!

Eits, bukan berarti tanpa soluuusi, nih. Karena gw dari awal udah menyiapkan SLR analog gw, hanya saja BELUM ADA FILM-nya., ternyata tante gw juga membawa digicamnya, hanya saja BELUM ADA BATERAI-nya.

What kind of traveller we are? Huh? Bisa-bisanya nggak prepare kayak begindang.

Okeh, dimulailah perjalanan dengan Merpati Airlines (dapet makan siang, loh! Mantab) menuju Banjarmasin. Setibanya di bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin, pemandangan pulau Kalimantan menggantikan pemandangan sehari-hari gw di pulau Jawa. Itu, ya, luaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaassss banget, langitnya kelihataaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan banget, wuah! Pokoknya gw landing di bandara-nan-kecil-namun-lapangannya-luas itu dengan mengumpat-umpat karena NGGAK ADA KAMERA untuk memotret pemandangan tersebut. Hiks...

Baiklah, setidaknya kita harus berusaha untuk mencari film dan baterai. Masih ada 3 malam di Banjarmasin, semoga waktu mau bertoleransi sampai kita siap dengan perangkat memotret. Ternyata oh ternyata... setiba di Banjarmasin, kita yang langsung diantar ke sebuah daerah bernama RANTAU, dan sepanjang perjalanan itu yang namanya FUJIFILM... jarang sekali ada.

Ternyata kami datang ke tempat yang cukup terpencil sodara-sodara. Jarak dari kota Banjarmasin ke daerah Rantau itu sekitar 2,5 jam, dan selama beberapa hari sanak sepupu kami mengantarkan bolak-balik Rantau-Banjar, wuah... nggak kebayang, deh, gimana lelahnya menyetir mobil selama itu, mana hari udah gelap pula.

Rantau, adalah kampung halaman nenek gw. Di sana ada sepupu nenek gw, dan rumahnya adalah yang kita singgahi untuk menginap. Selama dua hari di sana kita ditawarin makanan banyaaaaaaaaaak banget, dan karena tidak enak menolak maka makanlah kita itu semua. Mulai dari cemilan, kue-kue khas Banjar, buah kesturi (this one is interesting ), sampai makanan berat. Alhasil? Gw diare 2 harian gara-gara isi perut gw yang kelewat campur-aduk. Penyakit perjalanan gw paling utama: diare akibat makan tak teratur.

Rantau itu benar-benar sebuah desa. Jauuuh, hanya ramai oleh penghuninya. Cakep, lho! Di sana langitnya bener-benar kelihatan luaaas dan besaaar, dan biruuuu sekali. Lalu begitu jam 10 pagi ke atas, matahari mulai terasa sangat silauuuu (saking luasnya dunia di sana), I can barely open my eyes, sakit banget, deh mata gw (mata sensitif, nih). Baru ingat di Kalimantan itu udah mendekat ke garis ekuator/khatulistiwa, jelas aja terik parah kayak begini.

Cuma seterik-teriknya matahari di sana, menurut gw udaranya masih termasuk dingin dan adem (tidak sepanas dan seberdebu Jakarta), mungkin karena musim hujan? Soalnya setelah 2 hari di Rantau (tanggal 26 dan 27 saat idul Adha) kemudian kami diantar ke Banjarmasin, pusat kota, dan itu cukup mendung-mendung sehingga ketika akhirnya di sana kami memperoleh ROLL FILM dan BATERAI ALKALINE, hasilnya kurang memuaskan akibat cahaya yang tidak seterang ketika ada di Rantau.

Ugh... sebalnya hati ini mengingat nggak ada foto-foto ketika kita di Rantau. Padahal itu menurut gw termasuk penting secara itulah kampung halaman nenek gw.

Tapi, alhamdulillah di 2 hari yang tersisa (lebih tepatnya 1 seperlima hari, karena di hari terakhir kita pulang naik pesawat jam 7) dapet foto-fotolah. Kita pergi ke pasar apung yang terkenal di iklan RCTI oke dahulu kala jaman kita masih kecil. It’s quite interesting mendapati segala aktivitas warga sekitar sungai Barito tersebut berkisar di atas perahu. Bahkan pagi itu, ada perahu yang udah kayak kedai, orang-orang pada sarapan di sana, kayak kita di sini sarapan nasi uduk pake kursi dan meja. Lalu ada juga pom bensin (dengan logo dan warna khas pertamina, sumpah, deh!) di atas air, mereka menjual bahan bakar kapal, karena rata-rata kendaraan warga daerah tersebut ialah perahu.

Sedikit menakutkan...tapi gw melihat ada kuburan di atas air. Hiiiy...! apa itu Cuma abang-abang yang jualan makam, yah? Aih... kagak berani ngambil fotonya.











sarapan di perahu :D



Sayangnya, sungai tersebut udah berwarna kecoklatan. Yang ada selama di perahu-yang-harus-diduduki-dengan-seimbang-kanan-kirinya itu gw nggak berani, deh, yang namanya MENYENTUH AIR, masih mending pantai ANCOL, deh!

Sayang sekali yang kedua, adalah cuaca pagi itu yang mendung-mendung sehingga gw nggak bisa mendapatkan hasil foto yang bagus dari SLR analog gw. :(

Serunya, kami mengakhiri perjalanan di perahu tersebut dengan mampir ke PULAU KEMBANG. Itu adalah pulau kecil yang dijadikan taman nasional mini untuk MONYET. Yap, monyet, sodara-sodara, sebanyak SATU PULAU. Baru aja perahu menepi dan datanglah itu meloncat-loncat ke dalam perahu berusaha meraih apapun yang bisa mereka makan, sementara orang-orang di dalam perahu semua menjerit-jerit ngeri. Hahaha...

Memberanikan diri untuk turun ke pulau, mengitarinya memandangi monyet-monyet yang ribut dengan suara ‘ngiiiik...ngiiik...!!!’-nya; ada yang berantem; ada yang anteng; ada yang lagi gendong anak; ada monyet yang GEDE banget kayak BABON itu bulunya astaganaga!

Tetap tidak ada foto untuk wisata pulau kembang ini. Karena gw nggak berani mengambil resiko kamera gw kenapa-kenapa (diembat monyet misalnya), minimal takut abis kalau itu kamera nyemplung ke air gara-gara dikagetin monyet. Soalnya, kacamata pun disuruh copot (kata petugasnya pernah ada yang diambil sama monyetnya), gimana pula gw bisa memotret dengan SLR gw??? I’m blind with those lens :D

Selesailah perjalanan kami di pagi itu di sungai Barito nan luas dan cokelat. Sisa-sisa hari kami di Kalimantan dihabiskan dengan tidur siang, nonton TV, hahahaha. Tak lupa belanja oleh-oleh dan pergi ke pasar untuk beli buah KESTURI as a gift for my friends in Jakarta.

Jadi, ya... selama di Banjarmasin itu makanan yang kami konsumsi lebih beda dari biasanya. Di sana hampir semua adalah olahan ikan-ikanan, jarang ada ayam atau daging. Ada, tuh, namanya Gabus bumbu habang; habang berarti merah; merah dari cabe; tapi itu hanyalah cabe kering yang udah dibuang bijinya; alhasil menjadi bumbu yang tidak pedas dan rasanya aneh :p kayaknya untuk satu jenis masakan ini aja lidah gw nggak cocok; kurang spicy, hehe. Alhamdulillah, karena masih perayaan idul Adha, di Banjarmasin kami mendapatkan daging sapi dan kambing, dan di hari itu gw makan nasi pakai rendang sapi; makanan paling normal selama gw ada di sana. Hehe.

No comments: