take it easy, so life will be

Menyadari bahwa saat ini saya hanya ingin membuat hidup saya terasa lebih fun, maka sayalah yang harus membuatnya seperti itu. It's no kidding, you are what you want, you are what you say, you are what you eat, and you are what you be.

11 August 2010

OH, NO!

Oh, tidak.

Memasuki bulan Ramadhan ini ada satu hal penting yang gw sadari, perubahan yang terjadi sejak gw dan keluarga gw pindah rumah ke daerah Cawang.

Sebuah rumah susun apartemen mungil bukan lagi rumah besar dua lantai dengan dapur besar.

Ya, dapur.

Sebuah tempat yang sebenarnya adalah komponen penting bagi gw dalam sebuah rumah, gw menyadari intuisi gw sebagai perempuan di dapur sudah mulai muncul sejak gw kuliah.

Saat di rumah yang lama, momen-momen memasak itu masih bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Namun berbeda dengan sekarang, ketika awal tahun ini kami pindah ke rusun semi apartemen / apartemen bersubsidi yang kecil mungil. Dapurnya yang hanya dua petak menjadikan banyak perkakas yang dipangkas alias tidak ada lagi perangkat masak yang lengkap bagi gw.

Gaya hidup dan kesibukan yang mulai lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah, menjadikan rumah kami saat ini hanyalah tempat untuk bersinggah: tidur, nonton TV, makan seadanya.

Lebih sering makan di luar rumah, pulang malam, maka dari itu isi kulkas pun tidak se-niat dulu ketika kami di rumah.

Ah

Dan kini, memasuki bulan Ramadhan.

Bulan di mana kami akan menghabiskan waktu sahur dan buka puasa di rumah, membutuhkan nuansa 'rumah' kembali lagi ada.

Kulkas harus terisi lagi, rutinitas ke pasar (dulu biasanya bisa nunggu tukang sayur, sekarang? di lantai 11? jangan harap deh) harus lebih ditingkatkan, dan dapur yang cuma dua petak itu harus dioptimalkan.

Dan intuisi memasak gw pun harus di-segarkan kembali.

Karena job memasak di rumah menjadi tanggung jawab yang diserahkan ke gw.

Oh, tidak.

I lost the mind of cooking!

Oh, no!

Ke mana itu semua? ke mana ingatan-ingatan mengenai takaran bawang merah, bawang putih, dan cabai?

Ke mana ingatan-ingatan untuk membuat perkedel jagung, sayur sop, sayur asem, tumis / oseng-oseng, dan lain sebagainya?

Terlebih lagi, ke mana catatan akan itu semua? Dulu gw sempat membuat catatan berdasarkan hasil berguru dengan bibi pembantu gw, sekarang beliau sudah pindah ke majikan lain *pada dasarnya gw mempersiapkan catatan tersebut dalam rangka mempersiapkan menjadi chef rumah menggantikan beliau.

Huhuuhu...

I remember how pleasure that moments... the moment I cook for everyone.

the moment I always ask "What do you want me to cook you?" "What do you want to eat?" "I cook you something, want to try it?"

Akh..


I need that back.

Oh, no!

Oh, okay! Saatnya bertindak.

I used to used with these

2 comments:

Beni Suryadi said...

hoo, tapi walaupun kecil, kalau di rumah (/dapur) sendiri tetap menyenangkan kok.

curhat. :-D

fika farikha said...

sebenernya kecil nggak pa-pa sih.. walopun dua petak... tapi masalahnya adalah alat2nya nggak lengkap huhu T^T nggak ada talenan/ulekan di rumah rasanya nggak afdol, nggak bisa bikin sambel :(