take it easy, so life will be

Menyadari bahwa saat ini saya hanya ingin membuat hidup saya terasa lebih fun, maka sayalah yang harus membuatnya seperti itu. It's no kidding, you are what you want, you are what you say, you are what you eat, and you are what you be.

20 June 2008

A Thousand Splendid Suns by Khaled Hosseini


Mungkin beberapa sudah ada yang mengenal nama Khaled Hosseini. Bagi yang belum mengenalnya, beliau adalah seorang yang juga menulis buku berjudul The Kite Runner. Tahu? Mungkin mendengar judul ini sudah tidak begitu asing karena kabarnya sudah diangkat ke layar lebar. Namun bagi yang belum tahu maaf banget karena di sini gw tidak akan mengulasnya, berhubung gw sendiri belum membacanya.


Yang akan gw posting di sini, adalah karya berikutnya dari Khaled Hosseini yang baru saja gw baca: A Thousand Splendid Suns.


“Siapa pun takkan bisa menghitung bulan-bulan yang berpendar di atas atap, ataupun seribu mentari surga yang bersembunyi di balik dinding” – Puisi dari Saib-e-Tabrizi –


Itulah kutipan pusi yang memberikan gambaran tentang Kabul, ibukota Afghanistan. Ya, setting cerita dalam buku ini adalah di Afghanistan, negara yang tidak pernah habis dari sengketa dan perang di dalamnya.


Gambaran akan kenyataan akan kehidupan sebenarnya di Afghanistan disampaikan melalui kisah 2 orang gadis Afghan, Mariam dan Laila, yang masing-masing memiliki kisah hidup yang berbeda-beda, namun kemudian takdir mempertemukan mereka di tengah-tengah perang sebagai dua orang istri dari pedagang sepatu.


Banyak hal-hal yang mengagetkan gw diungkapkan dalam cerita ini. Bayangkan saja, seorang pria berumur 60 tahun memiliki istri berumur 33 tahun, ketika menemukan seorang gadis berumur 14 tahun yang bertahan hidup di reruntuhan perang setelah serangan roket yang menewaskan kedua orang tuanya, logikanya? Gw berpikir mungkin gadis itu akan diangkat anak oleh mereka mengingat mereka belum punya anak, tapi yang terjadi bukanlah seperti itu namun sang suami menginginkan sang gadis menjadi istri keduanya.


Hahaha... itu salah satu point of interest yang bikin kepala gw cukup panas, tapi ternyata kenyataannya memang seperti itu. Dan kenyataan-kenyataan lainnya tentang bagaimana hukum Islam ditegakkan di sana.


Konflik kedua tokohnya diungkapkan benar-benar sampai ke akarnya yang paling dalam. Melihat bagaimana perjuangan keduanya mencapai kebahagiaan yang mereka cari, yang mereka inginkan. Well, gw nggak menyebutnya sebuah penderitaan, karena sebenarnya hidup adalah pilihan, dan kita tidak bisa mengeluh atas pilihan kita.


Buku ini bagus. Membuka mata.


Betapa... ternyata di dunia ini masih terdapat kebodohan. Yaitu yang membawa kemunduran bagi bangsanya.


Betapa... manusia adalah makhluk yang bisa lebih mengerikan dan menakutkan dari hewan buas.


Betapa... jauhnya keseharian di luar sana dengan keseharian kita di sini. Keseharian mereka yang berdampingan dengan perang.


Kalau melihat langit dan tanah tempat kita berpijak, gw teringat, bahwa di bumi ini, sebelum kita bisa berpijak dengan tenang di sini, sebelumnya pernah terjadi perang antar-manusia, pernah terjadi pertumpahan darah, pernah terjadi perbudakan manusia. Baik itu di Eropa, Amerika, Asia maupun Indonesia.


Bumi sudah berumur milyaran tahun. Bumi kita makin tua. Masih sanggupkah ia bertahan? Masih sanggupkah kita menjaganya?

No comments: