take it easy, so life will be

Menyadari bahwa saat ini saya hanya ingin membuat hidup saya terasa lebih fun, maka sayalah yang harus membuatnya seperti itu. It's no kidding, you are what you want, you are what you say, you are what you eat, and you are what you be.

07 July 2008

My report: from MIPA to IPS

Hari ini... Hari pertama matrikulasi, dan ada apakah hari ini?

Hari ini, kita, SEMUA mahasiswa baru program PPKB alias PMDK, dr IPA maupun IPS, fakultas eksak maupun non-eksak, pre-test MIPA.

Test.

MIPA.

Soal2nya sendiri sudah bisa dibayangkan: matematika, biologi, fisika dan kimia.

Bisakah gw mengerjakannya? Oh, amat sangat cepat sekali. Gw bahkan gak perlu baca soal, langsung gw jawab. Merem pun bisa kalau mau!

(Perhatian: ini adalah majas ironi. Jadi, maksudnya adalah gw NGASAL menjawab soal2nya)

Semua kawan2 IPS-ku pun mayoritas menjawab kalau mereka tidak bisa mengerjakan pre-test mipa tsb.

"Gimana tadi? Bisa nggak?"

"Ya, enggaklah!!!" jawabnya dengan jutek.

Tadi di ruangan gw, diberitahu, bahwa adanya pre-test mipa untuk semuanya ini adalah ide sang rektor yg tak bisa gw sebutkan namanya di sini (sebenernya namanya agak2 panjang, gw nggak inget semua). Ceritanya, beliau adalah seorang IPS yg masuk UI. Dia ingin yg anak2 IPS juga mendapat kesempatan untuk mendalami fisika & matematik di matrikulasi ini. Terutama karena anak2 PPKB dianggap istimewa.

Ya ampun, sungguh niat yg baik, Pak. Tapi, percaya, deh, gak perlu, kok, sampai sebegitunya.

Di sini, kami adalah mahasiswa. Di sini adalah universitas. Dan di sini kami kuliah di bidang masing2 yg sudah kami pilih.

Bahkan pilihan itu sudah kami tentukan sejak naik kelas 2 SMA, saat kami memilih masuk IPS.

Bukankah di universitas kami justru sudah lebih menjurus lagi ke pilihan2 kami?

Bukankah itu berarti kami harus lebih fokus ke jurusan yg sudah kami pilih itu?

Karena, bukankah itu adalah sebuah komitmen? Yg harus dijalankan dengan konsisten pula?

Untuk apa kita dikuliahi lagi dengan fisika & matematika? Kecuali yg masih dekat dengan kehidupan sehari2 kami, yg ada adalah ilmu2 yg berbeda.

Bukankah bagi kami itu hanya buang2 waktu yg berharga? Waktu dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore yg bisa kami manfaatkan untuk menghasilkan karya di bidang kami, mungkin malah ada yg menghasilkan uang, atau setidaknya menghemat ongkos transport dan makan, terbuang untuk kami mempelajari ilmu yg kami nggak yakin akan kami gunakan di bidang kami.

It's such a wasting.

Sehari saya harus mengeluarkan 30rb, bbm udah naik, uang makan, ternyata cuma pergi untuk dikuliahi 4F dan 4M, padahal gw mau kuliah komunikasi.

Kenapa kami yg IPS harus mengikuti kuliah 4M dan 4F itu? Apanya yg bisa kami pakai? Setidaknya kami mengikuti kelas bhs inggris, tp diberi pilihan apakah mau ikut kelas 4M dan 4F tsb (siapa tahu) untuk yg berminat.

Tapi, sekali lagi, kami sudah berkomitmen, dengan pilihan jurusan kami. Dan itu berarti kami harus fokus ke situ, dong? Nggak melenceng ke mana2.

Ahh, sudahlah... Gw cuma mau menyuarakan pendapat gw, pendapat kami. Entah ini diterima atau tidak seenggaknya gw berharap untuk di masa yg akan datang supaya dipertimbangkan lagi agar matrikul fisika-mat-nya, gak usah ngajak2 anak IPS.
Serius. Itu worthless banget. Mengambil keputusan a la universitaslah... Kita bukan di SMA lagi. Yg logis2 aja, masa anak2 IPS atau mahasiswa2 fakultas hukum, ekonomi, isip, budaya, disuruh belajar MIPA?

Lucu banget.

Semoga pesan ini tersampaikan. Btw, kalo mau ngasih saran dan masukan atau kayak beginian di UI, tuh, kita harus ke bagian apa ya? Temen gw juga ada yg mau mengajukan kritik & saran, tuh. Ada yg tau?

That's all for today.

P.S. Lo harus lyat modul fisika dan matematik yg kita terima. Ha... Ha... Ha...

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

4 comments:

harunsaurus said...

sabar..
inilah hidup, kawan..

ah, bahasa gw..

fika farikha said...

Njeh, pakde... Haha... Thanks deh, sob. Memang... Tapi, teteep... Vokal itu perlu, setidaknya tersampaikanlah pendapat gw,, hohoho...

tammi prasetyo said...
This comment has been removed by the author.
Presyl said...

lo lapor aja ma anak senat. ada koq yg ngebantuin suara kita.. ntar disampein saran dan kritik ke dekanat atau rektorat.

ehm..ehm..mantan anak senat mencoba memberi saran..

oiya,,nama rektor kita itu. prof gumilar.. untung lo ga dapet rektor yang botak mencring itu..