take it easy, so life will be

Menyadari bahwa saat ini saya hanya ingin membuat hidup saya terasa lebih fun, maka sayalah yang harus membuatnya seperti itu. It's no kidding, you are what you want, you are what you say, you are what you eat, and you are what you be.

24 January 2011

My Sister's Keeper


“Kematian adalah kematian, ia tidak bisa dipertanyakan” – Anna Fitzgerald –

Aku      : Ma, hari Minggu besok ada My Sister’s Keeper ditanyangin di HBO, nonton, yuk!
Mama  : Hmm, bagus?
Aku      : Bagus, sih, tapi sedih… aku gak berani nonton dari dulu, tapi yakin itu bagus, tapi harus siap nangis, nih

Hari Minggu malam itu

Kami bertiga menontonnya, akhirnya, sebuah genre cerita yang kadangkala bisa menjadi sangat sensitif bagi kami. Film dimulai dan kami masih bisa mengeluarkan komentar kata-kata, hingga di tengah-tengah, dan sampai akhir cerita, hanya air mata yang keluar, dan parahnya, kali ini aku merasa bahwa aku bisa menangis sesungukan menontonnya.

It’s too painful to watch this kind of stories, especially for us.

Mungkin banyak orang yang telah menonton film ini, kami baru menontonnya sekarang. Kita tahu film itu bagus, tapi tahu juga film itu sedih, tahu juga seperti apa garis besar ceritanya. Memulai menontonnya, kita semua diajak berkomentar bagaimana perbuatan sang ibu yang terkesan egois karena membuat anaknya harus menderita karena hidup dengan berbagai tumpuan.

Aku pun awalnya berpikir begitu, dan ibuku pun berkomentar seperti itu. Namun, aku bertanya-tanya, apakah salah yang diperbuat oleh ibu tersebut?

Adalah wajar ketika kita berharap seseorang yang kita amat sayangi akan selalu ada, hidup, bersama kita. Adalah wajar kita merasa sangat sakit ketika ditinggalkan oleh orang yang amat kita sayangi di dunia ini. Sakit.

Sakit yang amat sangat.

Tapi, aku membayangkan apabila, saat itu ayah kami masih diberi kesempatan hidup, namun kuyakin dengan lukanya yang parah, ia harus hidup dengan berbagai macam alat penyokong, dan kuyakin itu menderita baginya. And it’s killing us to see such painful to him.

Kemudian, menonton film itu di tengah-tengah, aku mulai membayangkan...

...manakah yang lebih sakit?

Ketika kita ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi, atau ketika ia hidup namun menderita, bahkan menjadikan adanya penderitaan lain di sekitar kita? Mana yang lebih menyakitkan?

“...aku bertanya-tanya, kenapa Kate harus meninggal, dan kami harus hidup? Namun, kematian adalah kematian, ia tidak bisa dipertanyakan” – Anna Fitzgerald –

Dan aku berpikiran yang sama.

Film ini benar-benar membuatku berpikir, dari sebuah pertanyaan, hingga jawaban yang terpikirkan olehku, dan kemudian dengan mirip disampaikan dalam ending film tersebut. Kematian adalah sesuatu yang tidak bisa dipertanyakan, ia termasuk salah satu dari sejuta hal yang tidak bisa ditelaah dengan akal manusia, bahkan hati pun tidak selalu bisa mengerti akan dirinya.

Kenapa seseorang harus mati? Kenapa kematian harus ada? Kenapa kita harus diberi hidup ketika kita tahu suatu saat Dia akan merenggut kembali kehidupan dari kita?

Hanya satu hal yang kuyakini, dan kurasa menjadikan tindakan sang ibu di film tersebut memiliki nilai positif yang dirasakan si anak yang sakit, bahwa setidaknya ia bisa merasakan hidup walaupun Cuma sebentar, merasakan manis pahitnya hidup

Hidup itu berharga... dan kematian ada sehingga hidup terasa lebih berharga untuk dimiliki dan berarti untuk dijalankan dengan sebaik mungkin.

Dan ketika kita telah merasakan bagaimana berharganya diberi kehidupan, kita akan bersyukur pada diri-Nya yang telah memberikannya untuk kita.

Itu untuk membuat kita bersyukur.

No comments: