take it easy, so life will be

Menyadari bahwa saat ini saya hanya ingin membuat hidup saya terasa lebih fun, maka sayalah yang harus membuatnya seperti itu. It's no kidding, you are what you want, you are what you say, you are what you eat, and you are what you be.

06 April 2011

My proximity

Pagi ini saat kuliah (propaganda) Media Buying yang pernah gw jelaskan di postingan lalu-lalu, gw mencetuskan sebuah pertanyaan kepada dosen kami, si kakak alumnus yang cuma beda usia 5 tahun dari kami itu:

"Kak, kalau kita mau campaign kita diliput sama media berita gimana caranya, ya?" (ini karena baru2 ini kampanye sosial Earth Hour menjadi berita di berbagai stasiun TV di Asia.

Pada intinya, kakak itu menjawab bahwa ada 5 unsur yang menjadikan sesuatu menjadi memiliki nilai 'berita' atau 'news value'. Ini beliau dapatkan di kuliahnya dahulu di program studi Humas. Bahwa, setidaknya ada 2-3 hal yang harus ada dari 5 unsur di bawah ini:

1. Proximity (kedekatan). Seseorang akan lebih tertarik dengan berita yang dekat dengan kita, contoh: tsunami di Aceh yang terjadi di Indonesia tentu dekat dengan semua warga Indonesia sehingga ia menjadi berita penting bagi warga Indonesia, itu adalah nilai proxmitiy-nya.

2. Magnitude (besar). Sesuai namanya, hal tersebut haruslah hal yang BESAR sehingga bisa menjadi berita yang BESAR, contoh lagi-lagi kasus tsunami di Aceh dahulu, itu adalah kejadian yang besar sekali.

3. Prominent (terkenal). Yah, ini bisa diupayakan dengan melibatkan orang-orang yang terkenal atau sesuatu yang terkenal sehingga ia menarik untuk menjadi berita.

4. Actuality (aktual). Yaitu berita tersebut benar-benar baru, baru terjadi, sehingga masih hangat-hangatnya untuk diulas.

5. Kakak dosen lupa, tapi intinya berkaitan dengan 'magic number'. Contoh, mengungkapkan kampanye aksi 1000 sepeda akan menarik perhatian media massa, karena angka '1000' termasuk magic number yang menjadikannya news valuable.

Begitulah!

Tapi sebenarnya bukan itu yang hendak gw bahas di sini, bermula dari rasa penasaran soal media massa, mendengar jawaban tersebut, yang langsung terbersit di otak gw adalah... mendadak, sebuah berita dari kejadian menggemparkan beberapa saat lalu: bencana alam dan nuklir di Jepang.

Ya, gw ingat, itu hari Jum'at, 11 Maret 2011, pukul 2 siang gw bersiap-siap menuju tempat murid les privat gw, ketika mendadak mau ngecek Twitter dan berhamburan informasi mengenai Jepang dan tsunami, dan sebagainya. Dengan segera gw menyalakan TV untuk mendengar berita yang berlangsung, dan menonton bagaimana rumah-rumah dan gedung-gedung di kota-kota besar di sana, tersapu air, tontonan akan pusaran air di laut, dan sebagainya.

Gw shock, terpaku, rasanya nggak mau berangkat ngajar les, mau nonton berita saja, update sama situasi di sana... tapi mau tak mau tanggung jawab mengajar harus dijalankan, dan dengan perasaan tidak sabar gw menanti sore untuk pulang kembali ke rumah dan mengikuti berita kembali.

Hingga jam 3 pagi dini hari, TV gw setel di CNN yang menampilkan Live report langsung dari NHK di Jepang, di sana sudah jam 4 dini hari, menanti matahari terbit untuk kelanjutan nasib umat manusia di lokasi bencana. Gw nggak sanggup masuk kamar dan tidur, mata gw terpaku sama CNN live report itu, terus... terus... tidak mau beranjak.

Jepang, adalah sebuah negara yang sangat gw cintai sejak gw duduk di bangku SMP, bukan gw tidak bangga dengan negara sendiri, tapi gw mengagumi budaya, alam, orang-orang, pemikiran, gaya hidup, prinsip hidup, yang berada di negeri Sakura tersebut, ibarat seorang idola, seorang role model, sebuah negara yang telah menginspirasi gw untuk mengejar mimpi gw.

Saking sayangnya gw dengan negeri tersebut, gw merasa sudah menjadi bagiannya pula, memiliki hati yang gw bagi ke sana (selain kepada negeri gw sendiri ^^), dan nyokap pun sampe ngomong:
"kalau reinkarnasi itu ada, kamu mungkin reinkarnasi dari orang Jepang, ya" hahaha... 

Ia adalah negara tujuan gw.

tujuan.

tujuan dalam arti hidup, dan inspirasi.

Lalu terjadilah bencana tersebut, ibarat news value yang disebutkan kakak dosen gw, ia memiliki nilai 'proximity' yang sangat besar bagi gw. Kedekatan yang amat sangat, hingga gw nggak sanggup meninggalkan live report sampai dini hari. Hingga gw gelisah seharian menanti berita-berita, gw menjadi salah satu dari yang pertama menonton rekaman-rekaman warga Jepang yang mengalami gempa di sana... proximity gw...

Melihat fakta akan gw yang mengagumi negeri tersebut, dan fakta akan situasi yang terjadi di sana saat ini, orang-orang di sekitar gw pun mengungkapkan banyak hal ke gw.

Seorang teman gw pun bertanya-tanya:
"Lo yakin masih mau ke sana dengan nuklir yang udah mengkontaminasi di sana?"

Kemudian sang adik gw mendadak berkata:
"Yah, nggak jadi, deh, kamu, mau ke Jepang"

Tak lupa nyokap pun berpendapat
"Nggak! nanti anak kamu gimana kalau kamu mengkonsumsi apapun di Jepang, perut kamu juga jadi kena efek, kan?"

Damn.

Damn, damn, damn.

Why? Why it has to be happen? Kenapa itu harus terjadi di negeri tujuan gw?

Should I ? or shouldn't I ?

The thing is, I am feeling really upset now... feeling down, somehow like in the lowest point.

Gw yakin bahwa gw masih MAU ke sana, ia masih menjadi negeri tujuan gw in the first place. Tapi... haruskah gw mengindahkan masukan-masukan dari orang-orang sekitar gw?

Nggak ada yang bisa gw lakukan, selain tetap menjalani apa yang sudah gw tetapkan sejak dahulu, yang bahkan sempat tertunda beberapa tahun karena perubahan besar dalam hidup gw (akan dijelaskan di postingan selanjutnya).

Dan gw cuma bisa berharap... berdoa... semoga Tuhan berpihak dengan gw... dan menjadikan alam semesta mengizinkan gw untuk bisa selamat mencapai tujuan gw. Dan selamat untuk melanjutkan hidup, selamat mencapai semua cita-cita gw, termasuk salah satunya untuk bisa berada di negeri tujuan gw tersebut.

Negeri dengan nilai proximity yang tinggi untuk gw.


No comments: